Kamis, 11 Maret 2010

RASA YANG TERUKIR ( Siklus 2 )

Karya : LAILA ROMDHONINGSIH



“Apa yang bisa kau berikan untuk anakku!Kamu punya apa?”
Bentak ayahku padanya yang semakin marah.

“Tapi Pak,aku dapat memberikan cinta yang tulus pada anakmu.”
Ujar pacarku,Jarwo yang pada saat itu ia memohon – mohon dengan sangat,sampai – sampai ia berlutut di kaki bapakku.

“Sudahlah aku sudah menjodohkan putriku dengan orang lain yang jauh lebih kaya dari kamu.”Ucap ayah pada Jarwo.
Jarwopun terkaget mendengar ucapan tadi.Dan semua pun sontak terdiam.

“Pak,saya mohon tolong restui hubungan kami.”Pinta Jarwo

Kemarahan bapakpun semakin memuncak,bapak yang tak bisa menahan amarahnya langsung menendang badan Jarwo.

Akupun mulai tersenyum melihat cucuku menikah.
Semuanyapun diam dan tak seorangpun yang berani melawan bapak.Ibu dan kakakkupun hanya bias menyaksikan kejadian itu yang pada waktu itu berada di sebuah ruang tamu.
Pacarku tak semudah itu ia menyerah,dia terus memohon – mohon.

“Pergi kau dari sini! Pergi! Aku tak ingin melihat muka kamu menampakkan dirumah ini lagi.Sekarang juga pergi!”Kata bapak sambil ia menunjukkan tangannya keluar dan menendang Jarwo.


“Bapak,aku mohon jangan sakiti dia!”Kataku dan akupun segera menghampirinya dan memeluk Jarwo.
Bapakku meleraiku dan menyuruhku masuk ke kamar

“Ranti!Ayo cepat masuk ke kamar!Sekarang juga!”

“Aku tidak mau Pak aku cinta sama mas Jarwo sampai kapanpun aku nggak akan menikah kecuali dengan mas Jarwo.”

“Ranti!Kamu berani melawan bapak!Sekarang juga cepat masuk!”

“Tapi Pak.”

“Masuk!”Sambil ayah meleraiku dari pelukan Jarwo.

“Ranti,aku aku tak akan melepasmu aku berjanji suatu saat pasti aku akan membuat bapakmu setuju untuk hubungan kita.”
Jarwopun mencoba meyakinkanku.
***

Beberapa kali Jarwo dating ke rumah,tapi tetap ia mendapatka perlakuan yang tak sepantasnya ia terima.
Sudah 5 hari Jarwo tidak datang.Entah mengapa aku tak tau.

Hingga akhirnya akupun jadi dinikahkan dengan lelaki pilihan bapakku,yaitu Dewo orang terkaya di desaku,pemilik kebun teh,dengan sifatnya yang agak sombong.
Tiba saatnya hari pernikahanku dengan Dewo,hari dimana penuh dengan kesedihan bagiku,hari dimana hari yang tak ingin ku lalui.

Situasi dirumahku semakin ramai orang – orang mulai berdatangan untuk menghadiri pesta pernikahanku,semua orang sibuk dengan tugasnya masing – masing termasuk bapakku ia sibu sekali menerima tamu – tamu yang datang.

“Nak,ayo cepat keluar semua orang sudah menungumu!”Kata ibuku
Aku hanya diam.

“Ibu tau Nak,ibu mengerti apa yang sedang kamu rasakan,tapi Nak cobalah bersikap adil dengan sifat bapakmu!Ibu mohon Jangan kecewakan bapak Nak,”Kata ibu

“Ya,Bu sebentar lagi aku keluar.”

“Ya…Allah apakah in takdirku ak menikah dengan Dewo?
Jarwo…mengapa kau tak datang untuk menemuiku dan menggagalkan pernikahan ini?”

Aku mencoba menunggu Jarwo,sesekali aku melihat ke jendela,aku duduk,berdiri,duduk dan berdiri.Aku yang gelisah menunggu Jarwo.
Setelah sekian lama aku menunggu diapun tak kunjung datang,
Akhirnyapun mau tak mau aku harus keluar dan menerima janji sacral itu.

“Saya terima nikahnya Ranti binti Rahman dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.”Ucap Dewo mengikrarka janji itu.

Ternyata Jarwo benar – benar tidak datang pada hari pernikahanku.
Lama – kelamaan akhirnya aku bisa menjalani hidup dengannya.
***

“Jarwo,selama ini kau kemana?kenap waktu itu kau tak datang?”Tanyaku pada Jarwo

“Waktu itu ibuku sakit keras,karena aku anak satu – satunya terpaksa aku harus menungguinya dirumah sakit.Sebelum meninggal ibu sempat berpesan padaku supaya aku menikahi Ratna,Ranti…maafkan aku,aku tak menepati janjimu.”

“Sebenarnya rasa ini masih ada untukmu,aku masih mencintaimu Jarwo?”Kataku

“Sudahlah Ranti lupakan masalah ituaku tak ingin mengingat masa itu lagi.
Buat apa Ranti.Buat apa?Kita sudah tua.Aku sudah beristri,punya anak dan cucu.
Begitu pula denganmu Ranti?Kau juga sudah mempunyai suami,anak dan juga cucu.”Kata Jarwo padaku.

“Tapi,Jarwo…sebenarnya rasa cinta yang pernah kita ukir dulu,itu masih sama dengan yang dulu?”

“Sebenarnya rasa itu juga masih ada untukmu Ranti,
Tapi,Ranti 20 tahun kita berpisah!Kita tak mungkin bersatu lagi!Apakah kau tidak kasihan pada suami,anak,serta cucu - cucumu?Kita tak mungkin mengutamakan cinta kita hanya untuk kepentingan kita sendiri!
Apakah kamu rela dan tega menyakiti semua orang hanya demi cinta kita?Tidak kan?”

Aku hanya bisa diam dan berfikir.

“Ranti,yakinlah kau pasti bahagia dunia akhirat bila hidup bersama semua keluarga – keluargamu!Begitu pula aku.”Kata Jarwo.

Perlahan – lahan air mata kelur dari mataku dan menetes ke tangan Jarwo
Jarwopun segera mengusap air mata itu.

“Sudahlah Ranti jangan menangis,mestinya hari ini kita bahagia melihat cucu kita menginjak di pelaminan.Ayo Ranti tersenyumlah…!”

Kamipun tersenyum melihat cucuku menikah.Dan kebahagian mengelilingi keluarga kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar